Antarika (tengah) berada di makam putranya yang ia kira anak punk lantaran tewas tanpa identitas. |
Antariksa, pria asal Pekalongan ini tak menyangka jasad tanpa identitas yang ia kubur ternyata anak kandungnya sendiri yang selama tiga bulan ini ia cari.
Menjadi pegawai Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan sudah kewajiban Antariksa untuk ikut memakamkan jasad yang ditemukan warga tanpa identitas.
Termasuk memakamkan jasad anak muda tanpa identitas yang ditemukan warga di Jalan Dr. Sutomo, Kelurahan Noyontaansari, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan.
Kala itu jasad anak muda tersebut sudah tidak bisa dikenali lantaran kondisinya sudah membusuk.
Seolah tak seperti biasanya, Antariksa merasa ada yang janggal saat ikut memakamkan jasad anak muda tanpa identitas beberapa waktu lalu.
Antariksa sempat mengira jasad yang ia makamkan tersebut adalah Anak Punk.
Jenazah (indiatvnews.com)
Gambar Ilustrasi |
Antariksa mengaku memperlakukan jasad tanpa identitas itu dengan sangat spesial walaupun ia tak mengenalnya sama sekali.
Memakaman jasad anak muda itu, Antariksa mengaku teringat akan putranya yang tak kunjung kembali.
Putra keempatnya Surya Maulana Putra dikabarkan telah menghilang sejak tiga bulan lalu.
Namun alangkah terkejutnya Antariksa saat mendapati fakta jasad tanpa identitas yang ia makamkan ternyata adalah putra kandungnya sendiri.
Ia tidak menyangka, jasad yang telah dikuburkan di TPU Sapuro itu ternyata anak kandungnya yang hilang sejak 18 April 2020.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata jasad tersebut merupakan Surya Maulana Putra (15), warga Kelurahan Baros, Kecamatan Pekalongan Timur, Jawa Tengah yang dilaporkan hilang 3 bulan yang lalu.
"Sejak hilang, setiap hari saya mencari keberadaannya.
Pada saat pencarian dari siang hingga malam hari saya dibantu oleh Babinkamtibmas dan Babinsa," kata Nanang panggilan akrabnya Antariksa saat ditemui Tribunjateng.com, di rumahnya, Sabtu (18/7/2020).
Sehari setelah hilangnya Surya yang pergi tanpa kabar, pihaknya mendapatkan informasi dari teman Surya bahwa, anaknya pergi bersama KNP (17) alias NK warga Setono, Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan tersangka pembunuhan di bantaran Sungai Klego, Kecamatan Pekalongan Utara.
Kemudian, dirinya mencari keberadaan NK (tersangka) dan diketahui berada di Setono.
Setelah itu, NK dibawa di Kecamatan Pekalongan Timur untuk dimintai keterangan terkait hilangnya Suryo.
KNP tersangka pembunuhan remaja di Kota Pekalongan (tengah) saat digiring polisi
Pelaku NK |
"Pada saat dimintai keterangan, NK mengaku bahwa pergi bersama Surya ke wilayah Bandar, Kabupaten Batang. Namun, dari keterangan NK bahwa Surya pergi duluan.
Padahal, anak saya itu tidak pernah menginap ke rumah orang lain dan membawa sepeda motor sendirian.
Karena tidak percaya, saya ditemani pak Babin dan Babinsa mencari ke Bandar mencari Surya tapi hasilnya nihil," imbuhnya.
Nanang menjelaskan, pada saat itu ia tidak menaruh curiga terhadap NK. Karena, dari hasil keterangan sangat mempercayai.
"Setiap hari ia mencari keberadaan anaknya. Hasilnya nihil terus. Banyak, teman saya dan orang yang curiga sama NK tapi tidak ada bukti sehingga saya pasrah pada Yang Maha Kuasa," jelasnya.
Seminggu hilangnya Surya, ia mendapatkan informasi adanya penemuan mayat di Jalan Dr. Sutomo, Kelurahan Noyontaansari, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan.
Saat ditemukan, mayat tersebut tidak ada identitasnya dan bahkan sudah tidak bisa dikenali karena tubuhnya sudah dikerubungi belatung.
"Penemuan mayat tersebut pada tanggal (24/4/2020). Tugas saya kan, sebagai pekerja sosial dan selalu mengurusi ketika ada mayat ditemukan tanpa identitas.
Pada saat ditemukan, saya membatin tinggi badan dan kulit kakinya sama seperti anak saya, tapi wajah tidak bisa dikenali karena kulit sudah mengelupas dan banyak belatung.
Lalu, kepala saja sudah hampir lepas," kata Nanang.
Pihaknya juga menceritakan, pada saat jenazah itu dimandikan dan salatkan ia terus teringat pada anaknya.
Lalu saat di TPU, biasanya mayat tanpa identitas diberikan nisan dari bambu biasa.
Tapi, terhadap mayat tersebut ia memberikan batu nisan dan menuliskan tanda X di batu nisan tersebut.
Tujuannya, agar apabila ada orangtuanya mencari sudah ada tanda.
"Begitu spesial sekali saya perlakukan mayat tersebut, saya belikan batu nisan dan saya juga terus berdoa di pusara anak tanpa identitas tersebut.
Saya sering ke sana karena saya rindu dengan anak saya," katanya, mengenang dan tak menyangka bahwa mayat yang dimakamkan tersebut adalah anak kandungnya sendiri.
Antariksa (tengah) bersama para petugas ziarah ke makam Surya Maulana Putra. (Indra Dwi Purnomo/TribunJateng)
Antarika (tengah) berada di makam putranya yang ia kira anak punk lantaran tewas tanpa identitas. |
Saat itu juga, Nanang muncul kecurigaan terhadap NK.
"Kakaknya Surya melihat di sosial media, bahwa NK ditangkap polisi karena melakukan pembunuhan.
Terus, banyak warga yang bilang bahwa NK juga terlibat kasus pembunuhan yang mayatnya ditemukan membusuk di jalan Dr. Sutomo, Kelurahan Noyontaansari," tutur Nanang.
Mendapatkan informasi tersebut, ia langsung ke kantor polisi untuk memastikan keberadaan anaknya kepada NK.
"Saya datang ke kantor polisi karena saya yakin, anak saya jadi korban pembunuhan oleh NK. Tapi, saat saya ke kantor polisi NK masih diperiksa," tuturnya.
Lalu, saya langsung datang ke makam, berdoa serta membersihkan kuburan anak saya," katanya.
Menurut Nanang, kepastian tersebut ia dapatkan berdasarkan dari kendaraan yang dimodifikasi oleh Surya berada di Kabupaten Batang.
"Saya dengar, bahwa kendaraan (bb) Surya yang sudah dimodifikasi berada di Batang.
Karena, pelek motor yang berwarna emas itu tidak diubah dan saya ingat sekali," ujarnya.
Nanang mengenang, Surya merupakan anak yang penurut dan jiwa sosialnya tinggi.
Teman sekolahnya SMP juga berdatangan.
Seolah tak percaya bahwa Surya telah tiada. Mereka menangis bersedih kehilangan teman baik.
"Kami menggelar doa bersama untuk kepergian Surya seminggu ini. Semoga anak saya tenang di sana, saya serta istri sudah ikhlas atas kepergian Surya," terang Nanang menahan air matanya menetes.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Pekalongan Kota AKP Ahmad Sugeng saat dihubungi Tribunjateng.com mengatakan saat ini pihaknya masih memperdalam kasus tersebut.
"Terkait kasus pada bulan April tahun 2020, anggota masih memperdalam dan melakukan penyelidikan terhadap tersangka.
Apakah ada tersangka yang lain, kami masih melakukan penyelidikan," kata AKP Ahmad. (Indra Dwi Purnomo)