Sabtu, 25 Juli 2020

VIRAL Curhatan di Video TikTok, Mahasiswi 18 Tahun Hamil Bayi Kembar 7 bulan dan Ditinggal Pacar

VIRAL curhatan mahasiswi 18 tahun
hamil bayi kembar 7 bulan dan ditinggal pacar

Beredar video TikTok seorang mahasiswi hamil kembar namun ditinggal pacar.

Hal tersebut ia ungkapkan dalam video TikToknya.

Kini video tersebut viral dan disoroti Netizen.

Media sosial diramaikan dengan curahan hati seorang mahasiswi yang tengah mengandung tujuh bulan.

Mahasiswa tersebut berada di perantauan.

Kehamilannya disembunyikan dari keluarga.

Bahkan, sang pacar meninggalkannya setelah mengetahui ia hamil.

Curhatan tersebut diunggah melalui sebuah video TikTok anonim dengan username @user104810582959, Jumat (24/7/2020).

Video tersebut telah memiliki lebih dari 15 juta viewers.

Dalam video tersebut, pengunggah mengarahkan kamera kepada perutnya yang kini telah membesar.

Ia mengungkapkan kini telah mengandung bayi kembar tanpa ada pendamping.




Berikut isi curhatan video tersebut :


"Umur aku baru 18 dan baru semester dua naik ke tiga.

Pas tau aku hamil, pacar aku ninggalin aku.

Ga ada yang tau aku hamil, karena udah keburu pandemi.

Aku ngekost karena aku anak rantau, aku ga pulang alasannya lagi pandemi.

Sialnya lagi anakku kembar, perutku gabisa ditutupi lagi.

Udah makan nanas muda tapi tetep bertahan, sekarang udah masuk 7 bulan.

Aku ngga siap, gimana dong?" tulisnya diikuti emoji tangisan.

Netter Berebut Mengadopsi


Nada ketidaksiapan pengunggah menjadi seorang ibu membuat sejumlah pengguna TikTok ingin mengadopsi anak yang nanti dilahirkan.

"Buat aku aja kak, kamu ngga usah mikirin biaya lahiran, dan selama 2 bulan kamu menuju melahirkan saya siap untuk mencukupi kebutuhanmu dan dedek bayinya," tulis seorang netter di kolom komentar.

"Boleh buat aku kak? Aku nikah udah 8 bulan jalan 9 belum dikasih, semuanya aku yang tanggung," tulis yang lain.

Akan tetapi, sejumlah netter yang berniat mengadopsi nampaknya hanya sebatas niat.

Sebab, melalui unggahan terbarunya, ia mengaku lebih bersemangat untuk mengurus kandungan dan bayinya kelak.

"Makasih atas support kalian, aku jadi semangat buat ke depannya.

Aku mutusin bakal rawat anakku, aku gamau dia diadopsi orang lain.

Makasih buat yang ingin adopsi anakku, kalian perhatian banget sama aku.

Mungkin aku bakal jujur ke ortu setelah aku melahirkan nanti," tulisnya dalam video lain.




Pandangan Psikolog


Sementara itu psikolog menyebut banyak faktor yang mendorong mahasiswi tersebut memutuskan untuk menutupi kehamilan hingga berusia 7 bulan.

"Banyak dorongan, ada perasaan yang berkecamuk, takut, malu, hingga ada harapan jangan sampai orang mengetahui," ungkap R Yuli Budirahayu, Psikolog dari Jasa Psikologi Indonesia (JASPI) Surakarta, Sabtu (25/7/2020).

Menurut Yuli, ada kebelumsiapan menerima kondisi hamil.

"Ada juga mungkin pengetahuan mengenai kehamilan dan seks edukasi yang kurang dipahami," ungkapnya.

Menurut Yuli, berkomunikasi dengan keluarga adalah jalan terbaik.

"Meskipun jauh dari keluarga, harus ada komunikasi dengan orangtua, siapa tahu ada respons yang menenangkan sehingga psikologisnya menjadi tenang," ungkapnya.

Jika belum siap, Yuli menyebut bisa terlebih dahulu berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.

"Kalau kondisi kos di rantau pasti ada teman-teman sosial di lingkungannya. Paling tidak mencari dukungan dulu apa yang harus ia lakukan," kata Yuli.

"Kalau tidak siap menyampaikan ke keluarga mungkin lingkungan sosialnya bisa membantu menyampaikan ke keluarga," imbuhnya.


Sementara itu Yuli juga berharap pihak keluarga nantinya tidak memperburuk situasi jika sudah mendapatkan kabar tersebut.

"Kalau berkaca ideal ya sikap orangtua semestinya tidak memperburuk situasi keadaan psikologis masing-masing, terutama anaknya yang hamil tadi," ungkap Yuli.

Mencoba untuk lebih tenang dan menerima kenyataan disebut Yuli sebagai langkah yang tepat untuk diambil.

"Paling tidak orangtua harus membantu anak mempersiapkan menjadi ibu dari anak yang akan dilahirkan," ungkap Yuli.

"Ini kan bukan kondisi yang diinginkan, bekali anak damping anak sampai anak merasa keluarga memberi support psikologis yang baik sehingga anak merasa tenang hingga persalinan," imbuhnya.

Related Posts